Menangani Bipolar

Tahukah Anda apa itu Bipolar? Bagi Anda yang baru dengar istilah ini, Anda perlu membaca tulisan Saya ini hingga akhir. Karena ini penting saya sampaikan (pinjam istilah Gus Baha). Sebab, akhir-akhir ini dalam sebulan saya mendapati dua klien dengan masalah keluhan Bipolar. Dan jika tidak ditangani dengan cepat, maka bisa semakin fatal akibatnya, yaitu menjadi ODGJ alias Majnun.
Gangguan bipolar adalah salah satu masalah kejiwaan yang membuat penderitanya mengalami perubahan suasana hati secara fluktuatif dan drastis. Misalnya dari yang murung, tiba-tiba bisa berubah menjadi sangat bahagia atau sebaliknya.
Pada fase turun atau yang disebut sebagai periode depresi, penderita gangguan bipolar biasanya akan terlihat sedih, lesu, dan tidak bergairah. Sedangkan pada fase naik atau mania, penderita kondisi ini bisa menjadi sangat bersemangat, enerjik, dan banyak bicara. Orang awam menyebut kondisi ini, orang stress atau sinting.
Jika dilihat dari perputaran episode suasana hati, ada penderita gangguan bipolar yang mengalami keadaan normal di antara mania dan depresi. Meski begitu, ada sebagian penderita yang mengalami perputaran cepat dari fase ke fase tanpa adanya periode normal. Tiap fase gejala yang tergolong parah dapat berlangsung hingga beberapa minggu.
Pada gangguan bipolar, ada juga penderita yang mengalami mania dan depresi secara bersamaan. Misalnya, ketika penderita merasa sangat berenerjik, di saat bersamaan dirinya juga merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala yang jarang terjadi ini dinamakan dengan periode campuran.
Gejala Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar merupakan salah satu penyakit kejiwaan yang menyebabkan penderita mengalami perubahan suasana hati secara drastis dari mania menjadi depresi atau sebaliknya. Karena itu gejala yang muncul pada penderita dengan kondisi ini akan tergantung kepada fase suasana hati mana yang tengah dia alami.
Gejala-gejala pada fase mania
Fase mania ditandai dengan kenaikan suasana hati secara signifikan sehingga menyebabkan penderita gangguan bipolar yang mengalaminya akan merasa sangat gembira dan bersemangat. Mereka merasa sangat berenerjik dan merasa tidak lelah walau kurang tidur. Kondisi-kondisi itu membuat mereka menjadi banyak bicara dengan sangat cepat dan mengalami peningkatan libido.
Mania juga membuat ego penderita menjadi tinggi sehingga tidak jarang mereka menjadi mudah tersinggung dan terusik, merasa dirinya sangat penting, merasa sangat bangga terhadap dirinya sendiri, dan dapat melakukan hal-hal sembrono seperti menghabiskan tabungan atau membuat keputusan besar yang berisiko tinggi atau yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Kadang-kadang pada kasus bipolar yang parah, penderita juga bisa mengalami gejala psikotik berupa delusi dan halusinasi. Saat berhalusinasi, seseorang akan merasa seperti mendengar atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dan saat mengalami delusi, seseorang akan meyakini sesuatu yang pada umumnya tidak masuk akal atau tidak benar.
Gejala-gejala pada fase depresi
Kebalikan dari fase mania adalah fase depresi. Fase ini ditandai dengan penurunan suasana hati secara signifikan, sehingga penderita bipolar akan merasa sangat sedih, cemas, sulit tidur, merasa bersalah, pesimis, dan cenderung putus asa. Jika gejala ini makin parah, dikhawatirkan penderita dapat menyakiti dirinya sendiri atau bahkan bunuh diri.
Fase depresi juga dapat membuat penderita gangguan bipolar menjadi sulit untuk berkonsentrasi dan mengalami penurunan daya ingat, sehingga tidak jarang prestasi atau produktivitas mereka menjadi menurun.
Fase depresi juga dapat membuat hubungan penderita bipolar dengan orang-orang terdekat menjadi rusak akibat hilangnya minat penderita terhadap aktivitas sehari-hari dan menarik diri dari kehidupan sosial.
Jika dilihat dari perputaran episode suasana hati, ada beberapa penderita gangguan bipolar yang mengalami periode normal di antara mania dan depresi. Meskipun begitu, ada sebagian penderita yang mengalami perputaran cepat dari fase ke fase tanpa adanya periode normal. Tiap fase yang tergolong parah dapat berlangsung hingga beberapa minggu.
Pada gangguan bipolar, ada juga penderita yang mengalami mania dan depresi secara bersamaan. Misalnya, ketika penderita merasa sangat berenerjik, di saat bersamaan dirinya juga merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala yang jarang terjadi ini dinamakan dengan periode campuran.
Selain memperbaiki pola hidup, rencana pengobatan biasanya mencakup pemberian obat-obatan yang dikombinasikan dengan penanganan lain misalnya terapi psikologis.
Penyebab Gangguan Bipolar
Hingga kini para ahli belum mengetahui penyebab terjadinya gangguan bipolar. Namun penyakit bipolar diduga dapat terpicu oleh beberapa faktor berikut ini:
Adanya gangguan pada produksi atau keseimbangan zat-zat pengantar sinyal antar saraf di dalam otak, sehingga kinerja saraf yang bertugas mengatur suasana hati menjadi terganggu.Faktor genetika atau keturunan, mengingat sebagian besar kasus gangguan bipolar dialami oleh mereka yang juga memiliki saudara atau orang tua dengan kondisi yang sama.
Faktor pemicu lain adalah stres. Banyak kasus gangguan bipolar yang terjadi pada penderita yang sering mengalami tekanan dalam hidupnya, misalnya seperti ditinggal mati oleh orang yang dicintai, perceraian, putus hubungan dengan kekasih, tekanan di dalam keluarga, sekolah, atau dunia kerja, serta pengalaman pelecehan.
Selain stres, gaya hidup negatif diduga turut memiliki dampak terbentuknya gangguan bipolar dalam diri seseorang, seperti misalnya kecanduan alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan.
(Persiapan Ngajar Hipnoterapi nanti malam di PP. Sidogiri, khusus untuk peserta LPBK)